Jumat, 26 Desember 2014



Sejarah Lampung Utara
Kabupaten Lampung Utara (Lampura) telah menempuh sejarah yang panjang, berliku, dan dinamis. Situs online Pemda Lampura ( www.lampungutara.go.id ) menjelaskan pada awal masa kemerdekaan, berdasarkan UU No. 1 tahun 1945, Lampura merupakan wilayah administratif di bawah Keresidenan Lampung yang terbagi atas beberapa kewedenan, kecamatan dan marga.
Pemerintahan marga dihapuskan dengan Peraturan Residen 3 Desember 1952 Nomor 153/1952, dan dibentuklah “Negeri” yang menggantikan status marga dengan pemberian hak otonomi sepenuhnya berkedudukan di bawah kecamatan. Dengan terjadinya pemekaran beberapa kecamatan, terjadilah suatu negeri di bawah beberapa kecamatan, sehingga dalam tugas pemerintahan sering terjadi benturan. Status pemerintahan negeri dan kewedanan juga dihapuskan dengan berlakunya UU No. 18 tahun 1965.

Berdasarkan UU No. 4 Drt tahun 1965 juncto UU No. 28 tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten - Kabupaten dalam Lingkungan Sumatera Selatan, terbentuklah Kabupaten Lampura dibawah Propinsi Sumatera Selatan. Dengan terbentuknya Propinsi Lampung berdasarkan UU No. 14 tahun 1964 maka Kabupaten Lampura masuk sebagai bagian dari Propinsi Lampung.

Kabupaten Lampura telah mengalami tiga kali pemekaran sehingga wilayah yang semula seluas 19.368,50 Km2 kini tinggal 2.725,63 Km2. Pemekaran wilayah pertama terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Lampung Barat berdasarkan UU No. 6 tahun 1991, sehinga Wilayah Lampura berkurang 6 kecamatan yaitu : Sumber Jaya, Balik Bukit, Belalau, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan Pesisir Utara.

Pemekaran kedua tejadi dengan terbentuknya Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan UU No. 2 tahun 1997. Wilayah Lampura kembali mengalami pengurangan sebanyak 4 kecamatan yaitu : Menggala, Mesuji, Tulang bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik. Pemekaran ketiga terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Way Kanan berdasarn UU No. 12 tahun 1999. Lampura kembali berkurang 6 kecamatan yaitu : Blambangan Umpu, Pakuan Ratu, Bahuga, Baradatu, Banjit dan Kasui. Kabupaten Lampura, saat ini tinggal 8 kecamatan yaitu : Kotabumi, Abung Selatan, Abung Timur, Abung Barat, Sungkai Selatan, Sungkai Utara, Tanjung Raja dan Bukit Kemuning.

Berdasarkan Perda No. 20 tahun 2000 jumlah kecamatan di mekarkan menjadi 16 kecamatan dengan mendefinitifkan 8 kecamatan pembantu yaitu : Kotabumi Utara, Kotabumi Selatan, Abung Semuli, Abung Surakarta, Abung Tengah, Abung Tinggi, Bunga Mayang dan Muara Sungkai. Sedangkan hari kelahiran Kabupaten Lampura Sikep ini, setelah melalui berbagai kajian, disepakati jatuh tanggal 15 Juni 1946 dan ini disyahkan dalam Perda Nomor 6 tahun 2002.
Kecamatan Berdasarkan Perda No 25/200 tanggal 30-12-2000 tentang Penataan,Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara
1. Kotabumi ibukota di Kotabumi Ilir
2. Bukit Kemuning ibukota di Bukit Kemuning
S. Tanjung raja ibukota di Tanjung raja
4. Abung barat ibukota di Oganlima
5. Sungkai utara ibukota di Negara ratu
6. Sungkai selatan ibukota di Ketapang
7. Abung Timur ibukota di Bumi Agung
8. Abung Selatan ibukota di Kalibalangan
Kecamatan Berdasarkan Perda 09/2003 tanggal 10-11-20032000 tentang Penataan,Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah Kab.LU
1. Abung Tengah ibukota di Negeri Besar
2. Muara Sungkai ibukota di Negeri ujungkarang
3. Bungamayang ibukota di Negara tulangbawang
4. Kotabumi utara ibukota di Madukoro
5. Abung Tinggi ibukota di Ulakrengas
6. Abung surakarta ibukota di Tatakarya
7. Abung semuli ibukota di Semuliraya
8. Kotabumi selatan ibukota di Mulangmaya

Berdasarkan Perda Nomor 8 tahun 2006 tanggal 15 Agustus 2006 telah dimekarkan kembali 7 kecamatan yang baru yaitu sebagai berikut :

1. Kecamatan Hulu Sungkai ibukota Gedung Maripat
2. Kecamatan Sungkai Tengah ibukota Batu Nangkop
3. Kecamatan Sungkai Barat ibukota Sinar Harapan
4. Kecamatan Sungkai Jaya ibukota Cempaka
5. Kecamatan Abung Pekurun ibukota Pekurun
6. Kecamatan Abung Kunang ibukota Aji Kagungan
7. Kecamatan Blambangan Pagar ibukota Blambangan

Sehingga saat ini di lampung Utara menjadi 23 kecamatan.

Sejak berdiri hingga sekarang telah 16 orang putra terbaik memimpin kabupaten ini :

1. Burhanudin
2. Ahmad Akuan
3. Zainal Abidin Pagar Alam
4. Raden Sarikun
5. Raden Sumbaji
6. Pangeran Ingguan ( 1959 – 1960 )
7. A. Somad ( 1960 – 1965 )
8. M. Syarif ( 1965 – 1967 )
9. A. Rivai ( 1967 – 1972 )
10. TRA Syukri ( 1972 – 1973 )
11. Djuaini Ahmad ( 1973 – 1978 )
12. Masno Asmono ( 1978 – 1988 )
13. Djufri A.H. Adam ( 1989 – 1994 )
14. Ahmad Gumbira ( 1994 – 1998 )
15. Hairi Fasyah ( 1998 – 2009 ) - Drs.Zainal Abidin, MM (2002 – 2009 )
16. Drs.Zainal Abidin, MM - Rohimat Aslam (2009 – 2014 )
17. Agung Ilmu Mangku Negara,...........(2015 -2019)

Kamis, 18 Desember 2014

IHKTIAR MANUSIA MELEPASKAN DIRI DARI KEZOLIMAN

Jika kita tidak memiliki kemampuan/berdaya
kepada kezaliman orang atas diri kita

Boleh jadi doa menjadi senjata terakhir baginya. Kita menyampaikan kepada penguasa alam semesta (Allah Subhanahu wa Ta'ala) atas kezaliman yang dialami kita dan meminta kebinasaan untuk orang yang telah berbuat zalim kepada kita. Dan berdasarkan sabda Rasul-Nya, Allah akan mengabulkan doa orang yang terzalimi.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Al-Tirmidzi)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpesan kepada Mu'ad bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman,
"Dan takutlah doa orang terzalimi, karena tidak ada hijab (penghalang) antara ia dengan Allah." (Muttafaq 'Alaih)
Status Mendoakan Keburukan Atas Orang Zalim
Pada dasarnya, dibolehkan bagi kita orang yang dizalimi dan dianiaya untuk membela diri kita salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas orang yang menzalimi kita.
Allah Ta'ala berfirman,
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Nisa': 148)
Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini:
"Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan untuk selainnya, kacuali ia dalam keadaan dizalimi. Allah memberikan keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.dan itu ditunjukkan oleh firman-Nya, "Kecuali oleh orang yang dianiaya." (namun), jika bersabar maka itu lebih baik baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)
Firman Allah yang lain,
"Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka." (QS. Al-Syuura: 41)
Dibolehkan bagi kita yang dizalimi dan dianiaya untuk membela diri kita salah satu caranya adalah dengan mendo’akan keburukan, kehancuran, kematian atas orang yang menzalimi kita.

Doa supaya terlepas dari kezaliman orang kafir
Do’a-nya…


(Surah Yunus 85-86).
الظَّالِمِينَلِلْقَوْمِ فِتْنَةً تَجْعَلْنَالَارَبَّنَا

"Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami landasan fitnah kesengsaraan bagi kaum yang zalim".

……………………………………………………………………………………………………………………مِنَ بِرَحْمَتِكَ وَنَجِّنَا
Dan selamatkanlah kami dengan rahmatMu dari Kejahatan/ kezoliman ………………………………………………… ……………………………………………………………………………..

Senin, 01 Desember 2014

Siapa itu Iblis

SIAPA ITU IBLIS SEBAGAI MUSUH TERBESAR MANUSIA
Agar lebih mudah menelaahnya coba simak sebagai berikut :
1. Nabi Adam adalah cikal bakal dan tokot manusia, (BANI ADAM) = manusia keturunan Adam
2. Jibril adalah tokoh para Malaikat penyampai Firman Allah untuk mengatur Alam semesta
3. Iblis adalah tokoh Jin yang diciptakan Allah dari api (barang yang halus)
Ketika manusia pertama diciptakan (Adam) semua makhluk Allah diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam; walaupun Maikat protes tetapi dia tetap tunduk pada perintah Allah namun Iblis (tokoh jin) dia tidak mau sujud dan menentang perintah Allah SWT (Dia kapir); bahkan Iblis memohon untuk hidup hingga Hari Kiamat untuk menjerumuskan Bani Adam supaya Musyrik/kapir.
Iblis (yang tokoh dari Jin) ini sangat pintar dan sangat tinggi ketokohannya; sehingga seluruh anak keturunan (cucu-buyut dan seterusnya) mayoritas berafiliasi (bergabung dan mendudukng) Iblis ditambah anak cucu dari jin-jin yang lain serta manusia (Bani Adam) banyak yang terperdaya sehingga mereka kafir dan tergabung dalam kelompok ini yang dinamakan Syaitan/setan.
Jadi semua yang bergabung (berkoalisi) baik dari anak cucu Tokoh Jin + anak cucu jin yang lainnya + dari anak cucu Bani Adam dinamakan HIZBUS SYAITON (Organisasi kelompok syaiton) yang senantiasa bertambah banyak dan bertambah kuat untuk menjerumuskan Bani Adam yang beriman hingga hari kiamat nanti; OLEH KARENA ITU KITA DIANJURKAN ALLAH AGAR BERLINDUNG KEPADANYA DARI GODAAN YANG SELALU MEMBUAT WAS-WAS YAITU BANGSA JIN DAN MANUSIA.
Setelah Kiamat mereka (Syaiton) melepaskan diri dari organisasi kelompoknya dan tidak ada yang mau bertanggung jawab atas perbuatannya, sementara semua mereka menjadi penghuni neraka.
HANYA ALLAH YANG MENGETAHUI ILMU YANG SEBENARNYA.

Selasa, 25 November 2014

SUNGKAI BUNGA MAYANG JUGA MEMILKI BELADIRI SILAT

BELADIRI SILAT SUNGKAI BUNGA MAYANG DI SEBUT DENGAN PENCAK SILAT MADU BUNGA MAYANG YANG MULAI DIKEMBANGKAN OLEH BAPAK CIK AMAN DAN RATU BANGSAWAN BESERTA KAWAN-KAWANNYA DISRIBASUKI KOTABUMI LAMPUNG UTARA TEPAT DI RUMAH BAPAK IBROHIM.

CIKAL BAKAL PENCAK SILAT MADU BUNGA MAYANG BERSUMBER DARI BAPAK RAJA HUKUM KUMBOK/BENGKEL YANG MENGAJARKAN PENCK SILAT ALIRAN MUARA LABOH DI NEGARARATU SUNGKAI UTARA KABUPATEN LAMPUNG UTARA KIRA-KIRA TAHUN 1975 S/D TAHUN 1980; YANG DI IKUTI OLEH BEBERAPA MURID DAN BAHKAN BANYAK DARI MURID BELIAU ADALAH MEMANG PARA GURU PENCAK SILAT YANG TELAH TERNAMA NAMUN MASIH INGIN MENIMBA ILMU JURUS DAN ISI DARI PERGURUAN SILAT TAUHID (INI NAMA DARI PERGURUAN SILAT YANG ASLI CIKAL BAKAL DARI PENCAK SILAT MADU BUNGA MAYANG)

PERGURUAN PENCAK SILAT MADU BUNGA MAYANG TELAH MENGHASILKAN BANYAK MURID YANG TERSEBAR KEMANA-MANA HAMPIR DISELURUH WILAYAH TANAH AIR INDONESIA TERUTAMA WILAYAH LAMPUNG, PALEMBANG, JAWA BARAT, DKI DAN PROPINSI LAINNYA.

DISINI PEMILIK BLOGER INGIN MENULISKAN BEBERAPA JURUS TANGKAP/BUANG DARI PENCAK SILAT MADU BUNGA MAYANG, YANG DAPAT KAMI KUTIF WALAU PUN TIDAK SEBAGAI MANA SUSUNAN YANG SEBENARNYA NAMUN PADA INTINYA JURUS TANGKAP/BUANG TERSEBUT TETAP SAMA.

JURUS TANGKAP DAN BUANG (SILAT TAUHID)
SILAT MADU BUNGA MAYANG
ALIRAN MUARA LABOH

LATIHAN DASAR :

1. LANGKAH (KUDA-KUDA)
2. GUCUH (SODOK)
3. SIPAK/ACUNG (TENDANG)
4. ACUNG SAMPING
5. TUMBUR
6. SIKU
7. SIKU TENGAH
8. SIKU PATAH
9. PECUT
10. PUKUL
11. LANGKAH SUSUN
12. GUCUH SUSUN
13. SIPAK/ACUNG SUSUN
14. GUNTING
15. GUNTING SODOK

LATIHAN INTI :

I. GILEK
II. GILEK DALAM KANAN/KIRI
III. GILEK LUAR KIRI/KANAN
IV. DALAM KANAN/KIRI BELAKANG
V. LUAR KIRI/KANAN BELAKANG

PELAKSANAAN MENCAPAI KEAHLIAN DIPERLUKAN :

A. KEIMANAN/KEYAKINAN YANG TINGGI DAN TOLERANSI
B. KEULETAN/KESUNGGUHAN BERLATIH DAN KESABARAN JIWA
C. KESEMPATAN/KECEPATAN/REFLEKS DAN KETRAMPILAN

JURUS/TANGKAP
TAHAP I :
1. Jabatangan
2. Jb tangan pt siku
3. Jb tangan banting
4. Tangkap jari
5. Patah siku L/D
6. Pat. Dilutut L/D
7. Tumbur siku L/D
8. Tk Tangan L/D
9. Sodok tengah
10. Sodok tinggi
11. Sodok mata
12. Pk. Lantera 1 & 2
13. Siku libas L/D
14. Pecut alib 1 & 2
15. Pukul palu
16. Gunting leher
17. Libas jalan
18. Banting patah
19. Acung lutut L/D
20. Acung lantera
21. Acung tengah
22. Acung tinggi
23. Acung pantat
24. Acung rusuk
25. Acung siku
26. Acung ujung
27. Tangkap acung L/D
28. Tkp.Acung cekik
29. Tkp.Acung tonjok
30. Tkp.Acung rikos L/D
31. Lading pisau dua
32. Silang lutut
33. Silang lantera 1&2

TAHAP II :
1. Kapak sugu
2. Tangkap tunggang
3. Tangkap serdang
4. Tinju rahang
5. Patah banting bahu
6. Hilang nyawa
7. Selingkang hawa
8. Tangkap banting
9. Engkol atas L/D
10. Engkol bawah
11. Tangkap jabalan
12. Terjang kuda
13. Tumbur kepala
14. Putrid malu
15. Tumbur lutut
16. Tangkap beruang
17. Tiga beramuk
18. Buluh repuk
19. Tumbur bahu
20. Tangkap gunting
21. Banting cekak
22. Sisik
23. Tekan bahu banting
24. Tangkap monyet
25. Tangkap macan
26. Macan lantera 1&2
27. Macan tunduk
28. Macan duduk
29. Macan patah
30. Macan capit
31. Macan loncat
32. Macan terbang
33. Banting macan

TAHAP III :
1. Rikos habis
2. Perangkap bahu
3. Patah dip aha
4. Seluput alam
5. Monyet capit cekak
6. Tangan melilit
7. Serubuh pisang
8. LadingPilin
9. Lading eng. Atas
10. Lading eng. Bawah
11. Lading tepak
12. Lading pth.ditanah
13. Lading pth.dibahu L/D
14. Lading lps ditangan
15. Lading tkp.dibahu
16. Lading banting
17. Pilin badik
18. Badik engkol A/B
19. Badik pth ditanah
20. Badik patah dibahu
21. Tangkap keris
22. Keris pth ditanah
23. Keris lepes ditanah
24. Keris engkol A/B
25. Pilin keris
26. Keris pth dibahu
27. Keris pth dipaha
28. Keris potong tangan
29. Tangkap laduk
30. Laduk engkol A/B
31. Laduk pth dibahu L/D
32. Laduk banting
33. Laduk patah dip aha



TAHAP IV :

1. Pilin cabang
2. Tangkap cabang siku
3. Tangkap cabang tumbur
4. Tangkap pedang
5. Pilin clurit
6. Engkol clurit L/D
7. Potong padi
8. Tumbur siku tengah
9. Kepala banjar
10. Pisau dua tumbur
11. Pisau dua loncat
12. Terkam lantera
13. Kayu lepas
...............................................WASALAMUALAIKUM Wr.WB.................................

Sabtu, 31 Mei 2014

WELLCOME TO SATRIA NET KOTABUMI ILIR: SUKU KOMERING ADALAH ORANG LAMPUNG JUGA

WELLCOME TO SATRIA NET KOTABUMI ILIR: SUKU KOMERING ADALAH ORANG LAMPUNG JUGA

SUKU KOMERING ADALAH ORANG LAMPUNG JUGA

SUKU KOMERING ADALAH ORANG LAMPUNG JUGA

Diarsipkan di bawah: Budaya dan Etnis Komering — Achmad Yani

Dalam kesempatan ini, penulis menyempatkan diri untuk membuat artikel yang berjudul “Suku Komering adalah Orang Lampung Juga”. Hal yang mendasari penulis membuat artikel ini adalah di karena ada pandangan dari sebagian masyarakat Komering (Sumatera Selatan) yang tidak mengaku sebagai bagian dari masyarakat Lampung. Hal tersebut perlu dikaji dengan bukti sejarah mengenai asal-usul dan perpindahan suku Komering, terutama ke Lampung.
Untuk lebih jelasnya mengenai asal-usul dan perpindahan suku Komering (dikutip dari Wacana Nusantara : Perjalanan Komering di Lampung) akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Asal-Usul Tujuh Kepuhyangan
Pada suatu ketika bergeraklah sekelompok besar turun dari dataran tinggi Gunung Pesagi menyusuri sungai dengan segala cara seperti dengan rakit bambu, dan lain-lain. Menyusuri Sungai Komering menuju muara. Menyusuri atau mengikuti dalam dialek Komering lama adalah Samanda. Kelompok pertama ini kita kenal kemudian dengan nama Samandaway dari kata Samanda-Di-Way berarti mengikuti atau menyusuri sungai.
Pada artikel yang berjudul Kebesaran Sriwijaya yang Tak Tersisa -The Rise of Sriwijaya Empire- (Komentar Agung Arlan), disebutkan bahwa Kepuhyangan Samandaway yang merupakan kepuhyangan tertua komering menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Sriwijaya dengan Pu Hyang Jaya Naga (Sri Jaya Naga) sebagai Raja Sriwijaya pertama yang berkedudukan di daerah dekat Gunung Seminung dan kemudian berpindah ke Minanga (Setelah itu Pusat Ibu Kota berpindah ke Palembang, dan yang terakhir ke Jambi pada beberapa kurun masa Kerajaan Sriwijaya).

Kelompok ini akhirnya sampai di muara (Minanga) dan kemudian berpencar. Mereka mencari tempat-tempat strategis dan mendirikan tiga kepuhyangan. Kepuhyangan pertama menempati pangkal teluk yang agak membukit yang kini dikenal dengan nama Gunung Batu. Mereka berada di bawah pimpinan Pu Hyang Ratu Sabibul. Kepuhyangan kedua menempati suatu dataran rendah yang kemudian dinamakan Maluway di bawah pimpinan Pu Hyang Kaipatih Kandil. Kepuhyangan ketiga menempati muara dalam suatu teluk di bawah pimpinan Pu Hyang Minak Ratu Damang Bing. Di tempat ini kemudian dikenal dengan nama Minanga.
Tak lama setelah rombongan pertama, timbul gerakan penyebaran rumpun Skala Brak ini. Menyusul pula gerakan penyebaran kedua yang seterusnya mendirikan kepuhyangan keempat. Kepuhyangan keempat menemukan suatu padang rumput yang luas kemudian menempatinya. Mereka di bawah pimpinan Pu Hyang Umpu Sipadang. Pekerjaan mereka membuka padang ini disebut Madang dan kemudian dijadikan nama Kepuhyangan Madang. Tempat pertama yang mereka duduki dinamakan Gunung Terang.
Kepuhyangan kelima di bawah pimpinan Pu Hyang Minak Adipati yang konon kabarnya suka membawa peliung. Dari kegemarannya ini dinamakan pada nama kepuhyangan mereka menjadi “Pemuka Peliung”. Dari kepuhyangan ini kelak kemudian hari setelah Perang Abung menyebar mendirikan kepuhyangan baru, yaitu Kepuhyangan Banton oleh Pu Hyang Ratu Penghulu.
Kepuhyangan Pakuon oleh Puhyang itu dan Kepuhyangan Pulau Negara oleh Pu Hyang Umpu Ratu. Kepuhyangan Keenam di bawah pimpinan Pu Hyang Jati Keramat. Istrinya, menurut kepercayaan setempat, berasal dari atau keluar dari Bunga Mayang Pinang. Kepercayaan ini membekas dan diabadikan pada nama kepuhyangan mereka, yaitu Bunga Mayang (kelak kemudian hari, inilah cikal bakal Lampung Sungkai).
Kepuhyangan ketujuh di bawah pimpinan Pu Hyang Sibalakuang. Mereka pada mulanya menempatkan diri di daerah Mahanggin. Ada yang mengatakan kepuhyangan daya (dinamis/ulet). Kelak kemudian hari kepuhyangan ini menyebar mendirikan cabang-cabang di daerah sekitarnya seperti Sandang, Rawan, Rujung, Kiti, Lengkayap, dan lain-lain. Nama-nama marga atau kepuhyangan yang berasal dari rumpun kepuhyangan ini banyak menggunakan nama Bhu-Way (buway).
Nama kebhuwayan ini dibawa orang-orang dari Skala Brak baru generasi Paksi Pak. Ketujuh kepuhyangan yang mendiami lembah sungai yang kini dinamakan “Komering”. Masing-masing pada mulanya berdiri sendiri dengan pemerintahan sendiri. Di bawah seorang sesepuh yang dipanggil pu hyang. Mereka menguasai tanah dan air yang mereka tempati dengan batas-batas yang disepakati.
Ditinjau dari tujuan gerakan penyebaran (mempertahankan kelanjutan hidup kelompok untuk mencari tempat yang memberi jaminan kehidupan) serta cara mencari tempat yang strategis dalam mengikuti aliran sungai (samanda-diway), tampaknya Kepuhyangan Samandaway adalah yang pertama dan tertua. Orang-orang Samandaway menempati muara sampai di ujung tanjung (Gunung Batu).2. Penyebaran Suku Komering Ke Lampung Tak diragukan lagi, banyak orang Komering yang keluar dari daerah asal mereka di sepanjang aliran Way Komering untuk mencari penghidupan baru pindah ke wilayah yang dihuni etnis Lampung lain. Mereka membuka umbul maupun kampung (tiuh). Perpindahan kali pertama mungkin oleh marga Bunga Mayang yang kelak kemudian hari menjadi Lampung Sungkai/Bunga Mayang. Seperti diutarakan Suntan Baginda Dulu (Lampung Ragom, 1997): “Kelompok Lampung Sungkai asal nenek moyang mereka adalah orang Komering di tahun 1800 M pindah dari Komering Bunga Mayang menyusur Way Sungkai lalu minta bagian tanah permukiman kepada tetua Abung Buway Nunyai pada tahun 1818 s.d. 1834 M kenyataan kemudian hari mereka maju. Mampu begawi menyembelih kerbau 64 ekor dan dibagi ke seluruh Kebuayan Abung.” Oleh Abung, Sungkai dinyatakan sebagai Lampung Pepadun dan tanah yang sudah diserahkan Buay Nunyai mutlak menjadi milik mereka. Kemungkinan daerah sungkai yang pertama kali adalah Negara Tulang Bawang membawa nama kampung/marga Negeri Tulang Bawang asal mereka di Komering. Dari sini mereka kemudian menyebar ke Sungkai Utara, Sungkai Selatan, Sungkai Jaya, dan sebagainya. Di daerah Sungkai Utara, seperti diceritakan Tjik Agus (64) pernah menjabat kacabdin di daerah ini, banyak penduduk yang berasal dari Komering Kotanegara. Mereka adalah generasi keempat sampai kelima yang sudah menetap di sana. Perpindahan berikutnya, dilakukan Kebuayan Semendaway, khususnya Minanga. Mereka menyebar ke Kasui, Bukit Kemuning, Napal Belah/Pulau Panggung, Bunglai, Cempaka (Sungkai Jaya) di Lampung Utara. Ke Sukadana Lampung Timur dekat Negeri Tuho. Juga masuk ke Pagelaran, Tanggamus. Dua Kampung Komering di Lampung Tengah (Komering Agung/Putih), menurut pengakuan mereka, berasal dari Komering. Nenek moyang mereka berbaur dengan etnis Abung di Lampung-Tengah. Akan tetapi, mereka kurang mengetahui asal kebuayan nenek moyangnya (mungkin orang yang penulis temui kebanyakan usia muda <50 tahun). Mereka menyebut Komering yang di Palembang sebagai "nyapah" (terendam). Kemungkinan mereka juga berasal dari Minanga, karena kampung ini yang paling sering terendam air. Daerah Suka Banjar (Tiuh Gedung Komering, Negeri Sakti) Gedongtataan seperti diceritakan Herry Asnawi (56) dan Komaruzaman (70) (pensiunan BPN). Penduduk di sana mengakui mereka berasal dari Komering (Dumanis) walaupun dialek mereka sudah tercampur dengan dialek Pubian. Tidak menutup kemungkinan dari daerah lain di Komering seperti Betung dan sebagainya, yang turut menyebar masuk daerah Lampung lain. Melihat perjalanan dan penyebaran yang cukup panjang, peran dalam menyumbang etnis Lampung (Sungkai), serta menambah kebuayan Abung (Buay Nyerupa), tak ada salahnya kita mengetahui tentang dialek, tulisan, marga, maupun kepuhyangan yang ada di daerah Komering3. Kesimpulan Melihat asal-usul suku Komering yang awal mula berasal dari Skala Brak lalu menyebar ke daerah dataran Way Komering dan kemudian sebagian menyebar ke Lampung, dipastikan “suku komering adalah orang Lampung juga”. Dimana bahasa, huruf tulisan dan adat istiadat yang digunakan sama dengan orang Lampung. Orang Komering melakukan perpindahan ke Lampung Tahun 1800-an, masuk ke daerah Abung Kebuayan Nunyai dan menetap disana menurunkan Lampung Sungkai (Bunga Mayang). Kebuayan Semendaway (Kebuayan Tertua Komering) dari Minanga melakukan penyebaran ke Kasui, Bukit Kemuning, Napal Belah (Pulau Panggung), Bunglai, Cempaka – Sungkai Jaya (Lampung Utara), Sukadana (Lampung Timur dekat Negeri Tuho) dan Pagelaran (Tanggamus). Selain itu juga mendirikan dua kampung yaitu Komering Agung/Putih (Lampung Tengah) dan Tiuh Gedung Komering – Negeri Sakti (Gedongtataan). Pada artikel “Sejarah Keratuan Lampung” yang telah terbit sebelumnya, di daerah Komering khususnya di Martapura dulu telah berdiri Keratuan Pemanggilan. Keturunan Keratuan Pemanggilan menyebar ke daerah pesisir Barat Krui, Teluk Semaka, atau Teluk Lampung. Hal ini menjadi bukti bahwa sejak dulu masyarakat Komering yang tinggal di sekitar Martapura telah melakukan perpindahan ke berbagai daerah di Lampung (Pra atau Sejaman dengan Kepaksian Pak Skala Brak Abad ke-14) sebelum Sungkai Bunga Mayang pindah ke Lampung tahun 1800-an. Dari bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Komering (Tua) yang telah melakukan perpindahan ke Lampung pada Pra atau Sejaman Kepaksian Pak menurunkan Suku Lampung Pesisir Pemanggilan (Lampung Pesesekh di Cukuh Balak, Kota Agung, Talang Padang, Kedondong dan Way Lima). Maka tidak dapat diragukan lagi bahwa “Suku Komering adalah Orang Lampung juga”. Bandar Lampung, 12 Mei 2009 / Oleh : JAMA’UDDIN

Minggu, 05 Januari 2014

LIBURAN TAHUN BARU AN
PALING ASYIK KE 
TAMAN WISATA WAY RAREM
2014

TEMPATNYA LUAS...INDAH....NYAMAN DAN AMAN
TIDAK MEMERLUKAN PENGELUARAN BANYAK BIAYA JARAK TEMPUHNYA DARI KOTABUMI HANYA + 20 KM

DITUNJANG DENGAN JALAN RAYA  YANG MULUS 
DAN LANCAR

Tugu Tani Taman Wisata Bendungan Way Raren
Kotabumi Lampung Utara

Afreni F
Dengan pemendangan Kehijauan dan Keramba apung

Naraya & Al
Diatas Punggung Gajah Bd. Way Rarem

Yossi AF
Diatas Bendungan Way Rarem

Heppy Ria didepan Patung Tani
Taman Wisata Bendungan Way Rarem Kotabumi

Murah meriah Tuk wisata Keluarga



Alam Terbuka yang sejuk




Laiqa